Minggu, 20 November 2011

Ibu Sayang Kita (Naskah Drama bertemakan Ibu)


Ibu Sayang Kita
                        (Terlihat seorang gadis yang berjalan mantap, matanya menuju satu sudut yaitu album tua di atas meja yang berdebu itu. Ia membuka tiap halamanya. Berbagai ekspresi terlihat di wajahnya.)
Gadis           : “Tidak kusangka, dulu tanganku terlihat semungil di paras ibuku. Ibu itu seperti malaikat penjaga kita. Saat kita berbuat salah, aku yakin dia akan membelanya.”
                        (Terlihat adik kakak yang sedang bermain bola.)
Adik                : “Ah kakak, berikan bolanya pada adik.” (kejar kejaran)
Kakak              : “Nih tangkap kalau bisa.” (menghindari dan melempar bola sangat tinggi)
                        (Tiba-tiba terdengar suara kaca pecah)
Tante Sebelah : “Woi anak nakal !mecahin kaca orang aja bisanya sini kalian!”(Sambil menarik mereka dan memukulinya )
Adik                : “Maafkan kami tante. Kami tidak sengaja Aduh . . . Aduh.”
Kakak              : “Iya Tante a . . a . .a.” (kesakitan)
Tente Sebelah             : “Ga ada Urusan ! Apa dengan kata maaf kaceku bisa kembali ? Ha!”
                        (Ibu Datang)
Ibu A&K         : “Kau apakan anakku? Jangan sakiti mereka! Apa salah mereka !”
A&K               : “Ibu !” (berlindung dibalik ibunya)
Tante Sebelah : “Eh . . .Eh . . Eh. ibunya datang langsung kabur ! Apa anak – anak nakal ini akan terus kau bela ? Lihat kaca jendelaku pecah gara-gara Bola Ini ! (melempar ke depan ibunya)
Ibu A&K         : “Mereka kan masih kecil, tidak baik jika kau memukulinya. Lagi pula mereka kan masih kecil. Adik coba jelaskan ke Ibu ?”
Adik                : “Maafkan kami bu. Kami benar-benar tidak sengaja, kami hanya bermain bola di lapangan. Tidak sengaja bola nya melambung terlalu tinggi bu !”
Tante Sebelah : “Terserah apa katamu. Lalu siapa yang mengganti kacaku. Aku butuh Duit!”
Ibu A&K         : “Maafkan kedua anakku yang tak sengaja. Dan aku akan menggatinya !” (Jap.Ver)
_______________
Gadis           : “Walaupun kita salah ibu tetap membela kita. Ia pasti akan berkorban demi kita. Tapi jangan Sampai kita Durhaka kepadanya karena ia pasti akan murka.”
Ibu Malin        : “Malin anakku ini ibu anakku, apa kau lupa dengan ibu nak ?”
Malin               : “Aku ini pemuda kaya dan tampan! Mana mungkin aku memiliki ibu seperti kau! Kau Tua, Jelek, Miskin dan Tampak seperti pengemis !”
Ibu Malin        : “Tapi benar anakku, aku adalah ibu yang melahirkan dan membesarkanmu. Walau aku miskin dan hanya seorang pencari kayu bakar aku tetap Ibumu !”
Malin               : (mendorong ibunya) Ibu apanya aku tak sudi punya Ibu seperti Kau ! (cuih = meludah).
Ibu Malin        : “Kenapa kau meperlakukanku seperti ini ? Kau anak Durhaka ! Tidak menganggap ibumu sendiri ! Ku kutuk Kau Malin ! ! ! (gemuruh petir)
Malin               : “Tidak !!!!” (bersujud dan menjadi patung)
_______________
Gadis           : “Jangan sekali – kali kau tidak mengakui ibumu! Karena ibu adalah orang yang melahirkan dan membesarkanmu. Tapi walaupun ibu telah murka karena kita durhaka atau mengecewakanya. Ia tetap tidak akan tega dengan kita . . .Anaknya. . . ” (Jap.Ver)
Pria                  : “Ibumu kan sudah tua, apa kau akan terus merawatnya ?”
Anak               : “Aku juga tidak tahu, kerjaan saja tidak punya. Jangankan untuk merawat ibuku, untuk diriku sendiri saja susah !”
Pria                  : “Sepertinya kau harus meniru orang-orang di daerah ini. Karena Ibumu sudah tua kau tinggalkan ibumu saja di hutan !”
Anak               : “Apa tidak apa-apa? Baik, akan ku cobanya!”
                        ( Anak kembali ke rumah dan menemui ibunya)
Anak               : “Ibu aku ingin mengajak mu ke suatu tempat.”
Ibu tua            : “Huk huk huk . . . Baiklah anakku!”
            (Ibu ini sudah sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si anak laki-laki ini menggendong ibu ini sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si ibu mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, si anak menurunkan ibu ini.)
Anak               : “Bu Kita sudah sampai di sini !” (wajahnya seperti tidak tega)
Ibu Tua           : “Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibu miliki dengan tulus. Dan sampai detik ini pun kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang. Uhuk uhuk uhuk (batuk keras)
Nak, Ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan. Makanya ibu tadi mematahkan ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan petunjuk jalan”
Anak               : “Ibu maafkan aku ! (menangis ) Aku berjanji ibu ! Aku akan menjaga dan terus merawatmu ! Aku sangat menyayangimu”
ibu tua            : “Iya anakku ! Ibu memafkanku. Dan Ibu sangat menyayangimu. (berpelukan)  (Jap. Ver)
_______________
Gadis           : “Itulah ibu kita. Walaupun kita telah mengecewakanya ia tetap menyayangi kita. Bahkan Ia rela membantu anak yang telah membuangnya. Ia patahkan ranting-ranting itu untuk petunjuk anaknya pulang _agar tidak tersesat_.Tapi kita hanya bisa menyakitinya ? Menyakiti orang yang menyayangi kita dari kecil. Kita harus bisa menjaga dan merawatnya dengan ikhlas. Walau bagaimanapun keadaanya.”
Si Anak           : “Kasihan Ibuku, ibuku lumpuh. Ayahku jahat ia meninggalkan kami di sini. Aku harus merawat ibuku. Karena aku sangat menyayanginya! Dan ia adalah hartaku yang berharga”
Ibu Si Anak     : “Anakku rasanya ibu haus sekali. Bisakah kau ambilkan air untuk ibu.”
Si Anak           : ”Iya ibu. Ibu tunggu sebentar ya!”(mengambil teh dan kembali menemui ibunya) Ini ibu ! (memijati kakinya)
Ibu Si Anak     : (meminum teh nya) “Maafkan ibu anakku ibu tidak bisa merawat dan menyekolahkanmu. ibu hanya bisa tergeletak tak berdaya di sini! (menangis)
Si Anak           : “Sudahlah ibu. Inilah tugasku sebagai anak. Aku tidak aklan bisa membalas jasa-jasamu ibu. Hanya hal sekecil ini yang bnisa ku lakukan!”
Ibu Si Anak     : “Anakku maafkan ibu nak! Terimakasih atas baktimu pada Ibu !”
_______________
Gadis           : “Itulah ibu Ibu sangat sayang pada kita. Apapun yang kita lakukan tidak akan bisa membalas jasanya !” (Jap Ver)
Gadis           : “Kasih Ibu memang Sepajang Masa. Ia berkorban demi merawat kita. Bisakah kita membalasnya. Hanya kata itu, kata “BANGGA” yang bisa sedikit membayar jutaan tetes peluhnya. Segeralah temui ibumu dan katakan --Aku berjanji pasti akan membanggakanmu, dan Aku sangat mencintaimu, Bu !-”
Orang Gila      : (Hanya tampak suara) “Anakku . . . Anakku. Di mana kau nak Ibu mencarimu ! Kemari nak !
Gadis               : “Iya Bu (berbalik) Ha . . . (Kaget)!
Orang Gila      : “Kamu Anakku ?! Sini Nak ! (ingin memeluk)
Gadis               : “Tidak kau bukan ibuku dan Aku bukan Anakmu ! Awas ada Orang Gila  cari anak !” (kabur)
Orang Gila      : “Anak ku jangan kau tinggalkan ibu nak ! Hu hu hu (nangis) Hahahah (ketawa) Makanya jangan Durhaka sama ibumu nanti kamu jadi batu. Ga bisa Gerak ! Belum kalau kamu nakal dapat dosa nanti ! jangan sekali – kali kalian jahat sama ibu. (tegas) tau kenapa ? Karena ibu sudah mempertarukan nyawa untuk melahirkankanmu. Capek merawatmu. Berdoa tiap malam untuk masa depanmu. Pokoknya Pengorbanan ibu itu banyak. Kalau kamu tidak suka ibumu jadi anakku saja, Gi mana ? . . . Sini sini sama Tante. Tapi Dimana anakku  . . . (nangis) ANAKKU . . . ANAKKU . . .” (kabur)
RANee
Pemain             


Gadis                    :
Adik                     :
Kakak / Pria      :
Tante Sebelah    :
Ibu A& K           :
Malin Kundang                :
Ibu Malin             :
Anak                    :
Ibu Tua                 :
Si Anak                :
Ibu Si Anak        :
Orang Gila         :



Sejarah XI : Makalah Kerajaan Kediri


LATAR BELAKANG

Masa-masa awal Kerajaan Panjalu tidak banyak diketahui. Prasasti TURUN HYANG II (1044) yang diterbitkan Kerajaan Jangala hanya memberitakan tentang adanya perang saudara antara kedua Kerajaan sepeninggal Airlangga.
Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui dengan adanya prasasti SIRAH KETING (1104) atas nama SRI JAYAWARSA. Sebelum Sri Jayawarsa hanya SRI RAMAWIJAYA yang sudah diketahui dan sesudahnya diketahui secara jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan.
Kerajaan Panjalu dibawah pemerintahan SRI JAYABHAYA berhasil menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang terkenal dalam prasasti NGANTANG (1135) yaitu Panjalu Jayati atau Panjalu menang. Kerajaan Panjalu mengalami masa kejayaan, wilayahnya meliputi Jawa dan beberapa pulau di Nusantara. bahkan sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatera. Hal ini diperkuat dengan kronik Cina ling-wai-tai-ta karya Chou-ku-fei (1178), bahwa pada masa itu negeri yang paling kaya selain cina secara berurutan adalah Arab, JAWA, Sumatera. Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, JAWA adalah kerajaan PANJALU. Sumatera dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya.



0-600 (Hindu-Buddha pra-Mataram)


600-1500 (Hindu-Buddha)


1500-sekarang (Islam)



PEMBAHASAN

I.                  KERAJAAN KEDIRI

Lahirnya Kerajaan Kediri berkaitan dengan adanya pembagian kekuasaan di Kerajaan Medang Mataram pada tahun November 1041. Airlangga membagi kerajaan bertujuan untuk menghindari terjadinya perang saudara di Mataram. Setelah Mataram dibagi 2 oleh Mpu Bharada seorang Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya, muncullah Panjalu dan Janggala yang dibatasi gunung Kawi dan sungai Brantas. Kerajaan barat yang bernama Panjalu diberikan pada Samarawijaya (iparnya) yang berpusat di kota baru dengan ibukota Daha yang meliputi Kediri, Madiun sedangkan kerajaan timur yang bernama Janggala diberikan pada Mapanji Garasakan (anak keduanya) yang berpusat di kota lama yang meliputi daerah Malang dan delta sungai Bantas, dengan pelabuhan Surabaya, Rembang dan Pasuruan ibukotanya Kahuripan. Padahal airlangga telah mempersiapkan putra sulungnya sebagai penggantinya, tapi tidak bersedia dan lebih memilih menjadi petapa yang bergelar Dewi Kilisuli. Sumber sejarah yang menceritakan pembagian kerajaan ada dalam Prasasti Wurara ada juga yang menyebut dengan nama Prasasti Mahaksubya (1289 M), Kitab Negarakertagama (1365 M), Kitab Calon Arang (1540 M).
Dalam Serat Calon Arang dijelaskan bahwa ‘sesungguhnyA kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kediri berdiri. Daha merupakan singkatan dari Dahanapura yang berarti kota api tapi ini terdapat pada prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042.’ Saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha.Menurut kitab Negarakertagama, sebelum dibelah menjadi 2, nama kerajaan yang dipimpin oleh Airlangga sudah bernama Panjalu yang berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir sbg pecahan dari Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi ibukota Kerajaan Janggala.
Dalam perkembangan selanjutnya, ibukota Kerajaan Panjalu di Daha dipindahkan ke wilayah Kediri sehingga nama kerajaan lebih dikenal sebagai Kerajaan Kediri. Pada awalny, nama Panjalu memang lebih sering dipakai daripada nama Kediri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti  yang diterbitkan oleh Raja-raja Kediri. Bahkan nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-Chia-Lung dlm kronik Cina yang berjudul Ling Wai Tai Ta (1178).




II.               RAJA – RAJA KERAJAAN KEDIRI

A.   RAJA-RAJA RAJA BERKUASA SAAT DAHA JADI IBUKOTA PANJALU

1.        SRI SAMARAWIJAYA , putra airlangga = prasasti PAMWATAN (1042).
Sepeninggal Raja Airlangga dan selama kekuasaan Samarawijaya, Kerajaan Janggala dan Panjalu tidak pernah hidup berdampingan secara damai. Perebutan kekuasaan terus berlangsung hingga tahun 1042, Mapanji Garasakan dapat mengalahkan Samarawijaya. Diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan (1042-1052 M) dalam Prasasti Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha (Wisnu Naik Garuda). Namun Mapanji tidak lama memimpin Kerajaan. Tampuk pemerintahan lalu jatuh ditangan Raja Mapanji Alanjung Ahyes (1052-1059 M) dan kemudian digantikan lagi oleh Sri Maharaja Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus antara Janggala dan Panjalu menyebabkan selama kira-kira 60 tahun tidak ada berita yang jelas mengenai kedua Kerajaan tersebut hingga muncullah nama Raja Sri Maharaja Sri Bameswara
2.      SRI JAYASWARA = prasasti SIRAH KETING (1104) ,
Tidak diketahui langsung ia adalah pengganti langsung sri samarawijaya.
3.      SRI BAMESWARA = prasasti PADELEGAN I (1117) , prasasti PANUMBANGAN (1120) , prasasti TANGKILAN (1130).
Raja Sri Maharaja Sri Bameswara (1116-1135 M) dari Kediri yang menggunakan lancana Candrakapale yaitu tengkorak yang bertaring diatas bulan sabit. Pada masa pemerintahannya banyak dihasilkan karya-karya sastra bahkan kiasan hidupnya yang dikenal dalam Cerita Panji.
4.      SRI JAYABHAYA ,  raja terbesar panjalu = prasasti NGANTANG (1135) , KAKAWIN BHARATAYUDHA (1157).
Bameswara diganti oleh Sri Maharaja Sri Jayabhaya (1135-1159 M) yang menggunakan lencana Kerajaan berupa lencana Narasingha yaitu setengah manusia setengah singa.
Pada masa pemerintahannya Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaan dan juga banyak dihasilkan karya sastra terutama ramalannya tentang Indonesia antara lain akan datangnya Ratu Adil. Jayabhaya disebut sebagai penjelmaan Dewa Wisnu. Ketika ia berkuasa, pertentangan dengan Janggala berakhir setelah ia dapat menguasai Kerajaan tersebut. Atas kemenangan tersebut ia memperingatinya dengan memerintahkan Mpu Sedah untuk menggubah Kakawin (syair) Bharatayudha  sebagai peringatan atas peperangan Kediri dan Janggala. Karena Mpu Sedah tidak sanggup menyelesaikan Kakawin tersebut, Mpu Panuluh melanjutkan dan menyelesaikannya pada tahun 1157 M. Jayabhaya juga terkenal akan ramalannya yang sering disebut Jangka Jayabhaya.
Meskipun demikian, kenyataannya 2 pujangga yang hidup sezaman dengan Prabu Jayabhaya, yakni Mpu Sedah dan Mpu Panuluh sama sekali tidak menyebut dalam kitab-kitab  mereka ( Kakawin Bharatayudha, Kakawin Hariwangsa, Kakawin Gatotkacasraya) bahwa Prabu Jayabhaya memiliki karya tulis. Kakawin Bharatayudha hanya menceritakan peperangan antara Kediri dan Janggala. Sedangkan Kakawin Hariwangsa dan Kakawin Gatotkacasraya berisi tentang cerita ketika sang Prabu Kresna, titisan batara Wisnu ingin menikah dengan Dewi Rukmini, dari negri Kundina, putri Bismaka. Rukmini sendiri adalah titisan dari Dewi Sri.
Kakawin  Bharatayudha yang digubah oleh 2 pujangga Kediri merupakan kisah perang saudara yang diilhami kitab Mahabharata karangan Wyasa Kresna Dwaipayana, seorang pujangga India. Kitab tersebut mengisahkan perang perebutan takhta Kerajaan Hastinapura di antara keluarga Kurawa dan Pandawa yang dimenangkan oleh Pandawa.
Ramalan Jayabhaya atau sering disebut dengan Jangka Jayabhaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang salah satunya dipercaya ditulis oleh Jayabhaya, raja Kerajaan Kediri. Ramalan ini dikenal pada khususnya dikalangan masyarakat Jawa yang dilestarikan secara turun temurun oleh para pujangga. Asal usul utama serat Jangka Jayabhaya dapat dilihat di kitab Musasar yang digubah oleh Sunan Giri Prapen. Sekalipun banyak keraguan keasliannya tapi sangat jelas bunyi bait pertama kitab Musasar yang menuliskan bahwasanya Jayabhaya-lah yang membuat ramalan-ramalantersebut. Isinya :
1.      Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran -- kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda
2.      Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang -- perahu berjalan di angkasa
3.      Kali ilang kedhunge -- sungai kehilangan mata air
4.      Sekilan bumi dipajeki -- Sejengkal tanah dikenai pajak.
5.      Wong wadon nganggo pakeyan lanang --- Orang perempuan berpakaian lelaki.

5.        SRI SARESWARA = PADELEGAN II (1159), prasasti KAHYUNAN (1161).
Sepeninggal Jayabhaya, Kerajaan Kediri dipimpin oleh Sareswara (1159-1169 M). tidak banyak yang diketahui mengenai raja ini sebab terbatasnya peninggalan yang ditemukan. Ia memakai lencana Kerajaan berupa Ganesha.
6.        SRI ARYESWARA = prasasti ANGIN (1171).
Sepeninggal Sareswara, Kerajaan Kediri berurut-turut dipimpin oleh Aryyeswara, Kroncaryyadipa. Kemudian pemerintahan Kerajaan jatuh ditangan Raja Kameswara
7.      SRI GANDRA = prasasti JARING (1181).
Terdapat sesuatu yang menarik pada masanya. Yaitu untuk pertama kalinya didapatkan orang-orang terkemuka mempergunanakan nama-nama binatang sebagai namanya yaitu seperti Kebo Salawah, Manjangan Puguh, macan Putih, gajah Kuning dan sebagainya.
8.        SRI KAMESWARA = prasasti CEKER (1182) , KAKAWIN SMARADHANA
Raja Kameswara (1182-1185 M) selama beberapa waktu tidak ada berita yang jelas mengenai Raja Kediri hingga ia muncul. Masa pemerintahan ini ditulis dalam Kitab Kakawin Smaradhana oleh Mpu Darmaja yang berisi pemujaan terhadap raja, serta Kitab Lubdaka dan Wretasancaya yang ditulis oleh Mpu Tan Akung. Kitab Lubdaka bercerita tentang seorang pemburu yang akhirnya masuk surga dan Wretasancaya yang berisi petunjuk mempelajari tembang Jawa Kuno. Pada masa ini perkembangan karya sastra mencapai puncak kejayaannya. Beberapa karya sastra yang muncul selain yang disebut diatas antara lain Kitab Kresnayana, karya Mpu Triguna ; Kitab Sumanasantaka, karya Mpu Managuna.
9.      KERTAJAYA = prasasti GALUNGGUNG (1194) , prasasti KAMULAN (1194), prasasti PALAH (1197), prasasti WATESKULON (1205) , NEGARAKERTAGAMA , PARARATON.
Selanjutnya pada tahun 1185-1222 M yang menjadi raja Kediri adalah Kertajaya dan raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.
B.     RAJA-RAJA KERAJAAN KEDIRI SELANJUTNYA

1.      Pada saat Daha menjadi bawahan Singhasari

Kerajaan Panjalu runtuh tahun 1222 dan menjadi bawahan Singhasari. Berdasarkan prasasti Mula Malurung, diketahui raja-raja Daha zaman Singhasari, yaitu:
·           Mahisa Wunga Teleng putra Ken Arok
·           Guningbhaya adik Mahisa Wunga Teleng
·           Tohjaya kakak Guningbhaya
·           Kertanagara cucu Mahisa Wunga Teleng (dari pihak ibu), yang kemudian menjadi raja Singhasari

2.      Pada saat Daha menjadi ibu kota Kadiri

Jayakatwang, adalah keturunan Kertajaya yang menjadi bupati Gelang-Gelang. Tahun 1292 ia memberontak hingga menyebabkan runtuhnya Kerajaan Singhasari. Jayakatwang kemudian membangun kembali Kerajaan Kadiri. Tapi pada tahun 1293 ia dikalahkan Raden Wijaya pendiri Majapahit.

3.      Pada saat Daha menjadi bawahan Majapahit

Sejak tahun 1293 Daha menjadi negeri bawahan Majapahit yang paling utama. Raja yang memimpin bergelar Bhre Daha tapi hanya bersifat simbol, karena pemerintahan harian dilaksanakan oleh patih Daha. Bhre Daha yang pernah menjabat ialah:
1.      Jayanagara 1295-1309 Nagarakretagama.47:2; Prasasti Sukamerta - didampingi Patih Lembu Sora.
2.      Rajadewi 1309-1375 Pararaton.27:15; 29:31; Nag.4:1 - didampingi Patih Arya Tilam, kemudian Gajah Mada.
3.      Indudewi 1375-1415 Pararaton.29:19; 31:10,21
4.      Suhita 1415-1429 ?
5.      Jayeswari 1429-1464 Pararaton.30:8; 31:34; 32:18; Waringin Pitu

4.        Pada saat Daha menjadi ibu kota Majapahit

Menurut Suma Oriental tulisan Tome Pires, pada tahun 1513 Daha menjadi ibu kota Majapahit yang dipimpin oleh Bhatara Wijaya. Nama raja ini identik dengan Dyah Ranawijaya yang dikalahkan oleh Sultan Trenggana raja Demak tahun 1527.
Sejak saat itu nama Kediri lebih terkenal dari pada Daha.

III.           KEHIDUPAN EKONOMI KERAJAAN KEDIRI
Kediri merupakan Kerajaan agraris maritim. Perekonomian Kediri bersumber atas usaha perdagangan, peternakan dan pertanian untuk masyarakat yang hidup di daerah pedalaman. Sedangkan yang berada di pesisir hidupnya bergantung dari perdagangan dan pelayaran. Mereka telah mengadakan hubungan dagang dengan Maluku dan Sriwijaya. Kediri terkenal sebagai penghasil beras, kapas dan ulat sutra. Kerajaan Kediri cukup makmur, hal ini terlihat pada kemampuan Kerajaan yang memberikan penghasilan tetap pada para pegawainya walaupun hanya dibayar dengan hasil bumi. Keterangan tersebut berdasarkan kitab Chi-fan-Chi  (1225) karya Chau Ju-kua mengatakan bahwan Su-ki-tan yang merupakan bagian dari She-po(Jawa) telah memiliki daerah taklukkan. Para ahli memperkirakan Su-ki-tan adalah sebuah Kerajaan yang berada di Jawa Timur, dan yang tak lain dan tak bukan adalah Kerajaan Kediri. Mungkin juga Su-ki-tan  sebagai kota pelabuhan yang telah dikenal para pedagang dari luar negeri, termasuk Cina.
Pemerintahannya sangat memperhatikan keadaan rakyatnya sehingga pertanian, perdagangan dan peternakan mengalami kemajuan yang cukup pesat.
Golongan dalam masyarakat Kediri dibedakan menjadi tiga berdasarkan kedudukan dalam pemerintahan kerajaan, yaitu :
a.         Golongan masyarakat pusat(kerajaan) : masyarakat yang terdapat dalam lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok pelayannya.
b.         Golongan masyarakat tani (daerah) : golongan masyarakat yang terdiri atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilayah tani (daerah).
c.         Golongan masyarakat nonpemerintah : golongan masyarakat yang tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintahan secara resmi atau masyarakat wiraswasta.
Kediri memiliki 300 lebih pejabat yang mencatat dan mengurus semua penghasilan Kerajaan. Disamping itu ada 1000 pegawai rendahan yang bertugas mengurusi benteng dan parit kota serta gedung persediaan makanan.

IV.           KEHIDUPAN SOSIAL KERAJAAN KEDIRI

Kehidupan sosial masyarakat Kediri cukup baik karena kesejahteraan rakyat meningkat, masyarakat hidup tenang. Dalam kitab Ling-wai-tai-ta (1178) karya Chou-Ku-fei yang menerangkan bahwa orang-orang Kediri memakai kain sampai lutut, rambutnya di urai, rumah-rumah telah teratur dan bersih, lantai ubinnya berwarna hijau dan kuning. Pertanian dan perdagangan telah maju, orang-orang yang salah didenda dengan emas. Pencuri dan perampok dibunuh, telah digunakan mata uang perak, orang sakit tidak menggunakan obat tapi memohon kesembuhan pada Dewa atau kepada Buddha. Tiap bulan ke-5 diadakan pesta air, alat musik yang digunakan berupa seruling, gendang, dan gambang dr kayu. Dengan kehidupan masyarakatnya yang aman dan damai maka seni dapat berkembang antara lain kesusastraan yang paling maju adalah seni sastra terutama Jawa kuno. Namun, karya-karya sastra pada masa Kerajaan Kediri kurang mengungkap keadaan pemerintahan dan masyarakat pada zamannya. Pada masa Kameswara perkembangan karya sastra mencapai puncak kejayaannya.
V.              RUNTUHNYA KERAJAAN KEDIRI
Kertajaya adalah raja terakhir kerajaan Kediri. Ia memakai lencana Garuda Mukha seperti Ria Airlangga, sayangnya ia kurang bijaksana, sehingga tidak disukai oleh rakyat terutama kaum Brahmana. Dalam masa pemerintahannya, terjadi pertentangan antara dirinya dan para Brahmana hal inilah akhirnya menjadi penyebab berakhirnya Kerajaan Kediri.
Pertentangan itu disebabkan Kertajaya dianggap telah melanggar adat dan memaksa kaum brahmana menyembahnya sebagai Dewa. Para Brahmana kemudian meminta perlindungan pada Ken Arok di Singosari. Kebetulan Ken Arok juga berkeinginan memerdekakan Tumapel (Singosari) yang dulunya merupakan bawahan Kediri. Tahun 1222 pecahlah pertempuran antara prajurit Kertajaya dan pasukan Ken Arok  di desa Ganter. Dalam peperangan ini, pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan prajurit Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah masa Kerajaan Kediri, yang sejak saat itu menjadi bawahan Kerajaan Singosari. Runtuhnya kerajan Panjalu-Kediri pada masa pemerintahan Kertajaya dikisahkan dalam Kitab Pararaton dan Kitab Negarakertagama.
Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kediri menjadi suatu wilayah dibawah kekuasaan Kerajaan Singosari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai Bupati Kediri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan oleh putranya , yaitu Jayakatwang. Tahun 1292 Jayakatwang menjadi bupati geleng-geleng. Selama menjadi bupati, Jayakatwang memberontak terhadap Singosari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam di masa lalu dimana leluhurnya yaitu Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangun kembali Kerajaan Kediri, namun hanya bertahan satu tahun. Hal itu terjadi karena adanya serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.


VI.           PENINGGALAN KERAJAAN KEDIRI
Prasasti-prasasti yang menjelaskan tentang Kerajaan Kediri antara lain , yaitu :
a.         Prasasti BANJARAN berangka tahun 1052 M menjelaskan kemenangan Panjalu atas Janggala.
b.        Prasasti HANTANG berangka tahun 1052 M menjelaskan Panjalu pada masa Jayabhaya.
Selain dari prasasti-prasasti tersebut, ada lagi prasasti yang lain tetapi tidak begitu jelas. Dan yang banyak menjelaskan tentang Kerajaan Kediri adalah hasil karya berupa kitab sastra seperti kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Kediri (Panjalu) atas Janggala.
Kronik Cina juga banyak memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat dan pemerintahan Kediri yang tidak ditemukan dari sumber lain. Berita tersebut disusun melalui kitab yang berjudul Ling-mai-tai-t yang ditulis oleh Choi-ku-fei tahun 1178 M dan kitab Chi-fan-Chi yang ditulis oleh Chau-ju-kua tahun 1225 M.
Dan di era 2000-an terdapat penemuan situs tondowongso tepatnya awal tahun 2007 yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kediri. Dalam perkembangan politiknya wilayah kekuasaan Kediri masih sama seperti kekuasaan Raja Airlangga, dan raja-rajanya banyak yang dikenal dalam sejarah karena memiliki lencana atau lambang tersendiri.Semua peninggalan sejarah-sejarah tersebut diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak tentang perkembangan Kerajaan Kediri dalam berbagai aspek kehidupan


Total Tayangan Halaman